Saat ini banyak umat Islam yang menempuh umroh backpacker sebaga cara ibadah ke Tanah Suci. Meski banyak yang mengakui cara ini lebih murah, resiko umroh backpacker tentu ada. Terlebih antara Tanah Air dan Tanah Suci memiliki jarak yang sangat jauh.
Dengan demikian bagi yang ingin mengambil cara ini, perlu pertimbangan yang matang. Sebagai perjalanan mandiri, tentu umroh dengan cara ini membutuhkan lebih banyak persiapan. Baik dalam hal ilmu dalam persiapan, hingga pengetahuan terhadap antisipasi jika terjadi hal tidak terduga.
Lantas apa saja resiko yang akan dihadapi jika seorang muslim menempuh cara ini? Dan apakah ibadah ke Tanah Suci harus dilakukan seorang muslim meski harus dengan cara backpacker?
Mengenal Istilah Umroh Backpacker
Mengenal umroh backpacker, Sumber: xcdn.my.id
Pelaksanaan umroh backpacker semakin sering dilakukan. Dimana alasan umat Islam melakukannya beragam mulai dari kekurangan biaya, takut penipuan travel umroh, hingga ingin mencari pengalaman.
Apapun itu alasannya, setiap umroh yang dilakukan tanpa melewati PPIU tetap dianggap sebagai umroh backpacker. Lantas sebenarnya apa itu umroh backpacker?
Secara bahasa backpack diambil dari kata bahasa Inggris. Namun di dalam bahasa Indonesia, backpack sendiri sering diartikan sebagai tas punggung atau tas ransel. Biasanya hal ini berkaitan dengan turis. Maka orang yang berumroh dengan membawa barangnya sendiri akhirnya disebut dengan umroh backpacker.
Dengan demikian umroh backpacker secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang berangkat umroh dengan biaya rendah. Atau bisa juga dibahasakan dengan yang lebih ekstrem, yaitu umroh dengan modal nekat.
Jika umroh dilakukan tanpa koordinasi dan pungutan biaya, maka hal itu tidak masalah. Sebab jika sampai ada yang mengkoordinir kemudian mengambil keuntungan dari situ, maka hal itu bisa menyalahi aturan.
Dalam UU Nomor 8 Tahun 2019 Pasal 115 dijelaskan, “Setiap orang dilarang tanpa hak bertindak sebagai PPIU mengumpulkan dan/atau memberangkatkan jamaah umroh”. Dengan demikian, umroh backpacker riskan terhadap tindakan menyalahi aturan ini.
Pelaksanaan umroh backpacker pun saat ini sudah begitu beragam. Tidak hanya yang menggunakan transportasi udara, bahkan ada yang menempuh jalan darat. Dan beberapa informasi yang sempat viral, ada umat Islam yang umroh backpacker hanya dengan menggunakan sepeda.
Meski telah banyak yang berhasil, tentu cara pelaksanaan umroh ini memiliki resiko. Terutama bagi mereka yang benar-benar hanya mengandalkan semangat beribadah ke Tanah Suci.
Resiko Umroh Backpacker
Resiko backpacker untuk umroh, Sumber: gaphura.org
Dari penjelasan para pakar, resiko umroh backpacker tidak hanya soal uang saku umroh. Namun resiko menempuh cara itu juga termasuk beberapa poin berikut:
1. Pemahaman Regulasi
Di setiap negara pasti memiliki regulasi masing-masing, termasuk regulasi yang mengatur masuknya orang dari daerah lain. Sebagai negara yang terus dikunjungi orang dari berbagai belahan dunia, Arab Saudi pun memiliki regulasi ini.
Dengan demikian jika ingin masuk ke sana sebaiknya perlu pemahaman tentang hal ini. Terlebih umroh backpacker dilakukan secara mandiri. Tanpa pengetahuan tentang hal ini, bisa jadi nantinya akan merepotkan diri sendiri.
2. Gagal Mendapat Visa
Ada juga umroh backpacker yang dilakukan atas dasar kepercayaan pada suatu pihak. Meski telah kenal baik, sebaiknya perlu hati-hati jika ada ajakan untuk melakukan umroh dengan cara backpacker.
Untuk bisa masuk ke Arab Saudi satu hal yang diperlukan adalah visa. Sedangkan visa untuk umroh hanya bisa didapatkan melalui PPIU. Dengan demikian pelaksanaan umroh dengan cara backpacker beresiko untuk kesulitan mendapatkan visa.
3. Kendala Budaya dan Bahasa
Salah satu keuntungan menggunakan umroh resmi adalah adanya pendamping umroh yang profesional. Dimana selain akan mendapat pendampingan ibadah, jamaah juga akan mendapat pendampingan beraktivitas saat di Tanah Suci.
Arab Saudi memiliki bahasa dan budaya yang berbeda dengan Tanah Air. Dengan umroh backpacker, sangat beresiko akan terkendala dalam komunikasi dan memahami budaya setempat.
4. Jadwal Tidak Teratur
Resiko selanjutnya adalah jadwal kegiatan yang tidak teratur. Tidak hanya dalam pelaksanaan ibadah, namun juga ketika akan pulang kembali ke Tanah Air.
Hal ini tentunya akan mengganggu bagi mereka yang memiliki banyak kegiatan. Dengan jadwal yang tidak teratur, bisa jadi berbagai kesibukan di Tanah Air akan terganggu.
5. Resiko Keselamatan
Dan yang tidak kalah beresiko adalah soal keselamatan di perjalanan. Terlebih bagi mereka yang menempuh backpacker dengan kendaraan darat secara mandiri.
Padahal soal keselamatan sangat penting bagi calon jamaah. Dengan memiliki keselamatan, tentu ibadah akan lebih maksimal. Selain itu untuk menikmati keindahan di Tanah Suci juga membutuhkan keselamatan dan kesehatan.
Nah itulah beberapa resiko bagi yang ingin mengambil jalan umroh backpacker. Selain yang telah disebutkan di atas, tentu masih ada resiko lain akan kemungkinan akan terjadi. Sebab pada dasarnya untuk kemudahan diperlukan profesionalitas.
Hakikat Pelaksanaan Umroh
Pelaksanaan umroh, Sumber: tayangmanado.com
Meski melaksanakan ibadah umroh akan mendatangkan berbagai keutamaan, namun setiap muslim perlu memahami hakikat umroh. Dimana ibadah umroh berbeda dengan ibadah haji, termasuk status hukumnya.
Di dalam agama Islam yang benar-benar diwajibkan adalah ibadah haji, bukan ibadah umroh. Kewajiban itu pun mengikat mereka yang telah mampu, terutama secara biaya. Dengan demikian tidak perlu memaksakan untuk berumroh, termasuk menempuh cara backpacker.
Dan bersabar untuk bisa mewujudkan ibadah itu setiap waktunya mulia. Dengan demikian calon jamaah sebaiknya menabung dulu agar pelaksanaan umroh menjadi lebih istimewa. Terlebih jika bisa menabung untuk melakukan umroh Ramadhan 2025.
Dalam agama Islam pun tidak ada paksaan untuk melakukan suatu amalan. Dan jika memang tidak mampu, Islam memberikan berbagai keringanan. Termasuk keringanan bagi mereka yang belum bisa menunaikan ibadah haji dan umroh.