Dapat menunaikan ibadah umroh menjadi impian setiap muslim. Sebagai momen spesial, kesempurnaan pelaksanaan diperlukan agar tidak merugi. Selain mengikuti semua aturan, menyempurnakan ibadah juga perlu dengan menghindari berbagai mitos umroh.


Sebab berkeyakinan ibadah umroh begitu penting, terkadang memunculkan beragam mitos. Dimana dalam benak umat Islam muncul anggapan-anggapan tertentu. Dan meski tidak berdasar, anggapan itu terkadang dianggap benar adanya.


Nah bagi umat Islam yang ingin menunaikan ibadah umroh perlu mengetahui hal ini. Lantas apa saja mitos yang sering muncul berkenaan dengan ibadah umroh?


Umroh yang Tertolak

Umroh yang tertolak, Sumber: unsplash.com


Mitos umroh perlu diperhatikan untuk menghindari cacatnya nilai ibadah. Sebab kesalahan saat umroh bisa datang karena dipengaruhi mitos. Dan jika sudah terlewat batas, kesalahan bisa menjadikan umroh tertolak.


Hal ini tentu tidak diharapkan oleh setiap jamaah. Dimana setiap jamaah ingin umrohnya diterima. Dengan umroh yang diterima, tentu akan mendatangkan keutamaan tersendiri bagi setiap jamaah.


Tetapi meski demikian, jamaah perlu mengingat umroh masuk dalam kategori ibadah. Dimana ibadah tidak boleh bercampur dengan ritual tambahan. Jika sampai tercampur, hal itu bisa menjerumuskan pada perbuatan bid’ah.


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan”. (HR Muslim No. 867)


Meskipun mitos biasanya hanya sampai pada keyakinan, namun tetap hal itu berbahaya. Setiap muslim tidak boleh meyakini sesuatu yang tidak berdasar. Terlebih keyakinan tersebut hingga dipercayai merupakan bagian dari agama.


Dengan demikian setiap jamaah perlu melaksanakan ibadah umroh sebaik-baiknya. Selain memurnikan niat, perlu menjaga hati dan melakukan setiap panduan dengan baik. Hal ini akan lebih mudah dilakukan jika melakukan umroh bersama pasangan atau rombongan.


Dengan adanya orang lain, akan mudah saling menasehati. Berbeda dengan umroh sendiri yang beresiko mudah terjerumus pada hal yang tidak tepat, seperti meyakini mitos.


Mitos Terkait Umroh

Mitos-mitos tentang umroh, Sumber: unsplash.com


Hingga saat ini terdapat mitos umroh yang sering dijumpai. Dan berikut adalah beberapa mitos umroh yang perlu diperhatikan jamaah:


1. Umroh Hanya Sekali


Mitos pertama yang masih sering dijumpai adalah keyakinan umroh yang hanya boleh dilakukan sekali. Hal ini disebabkan anggapan, umroh itu sama dengan ibadah haji. Dimana memang pelaksanaan ibadah haji tidak dianjurkan untuk diulangi.


Tetapi untuk ibadah umroh, akan lebih baik jika jamaah kembali berumroh jika berkesempatan. Sebab umroh yang satu ke umroh yang lain memiliki keutamaan yang luar biasa.


Rasulullah bersabda yang artinya,

“Umroh ke umroh adalah penghapus dosa di antara keduanya. Dan haji yang mabrur tidak ada pahala baginya selain surga”. (HR Al Bukhari No. 1773)


2. Dilakukan pada Bulan Tertentu


Mitos selanjutnya adalah keyakinan yang mengatakan umroh hanya bisa dilakukan pada bulan tertentu. Hal ini tidak benar adanya, sebab yang hanya bisa dilakukan di bulan tertentu hanya ibadah haji.


Ibadah umroh sendiri dapat dilakukan sepanjang tahun. Hanya saja, ada waktu tertentu yang lebih istimewa untuk berumroh. Beberapa di antaranya adalah umroh pada musim haji dan umroh Ramadhan.


Berkenaan dengan umroh di bulan puasa, Rasulullah pernah bersabda yang artinya,

“Umrah di bulan Ramadhan setara dengan haji”. (HR Muslim)


3. Untuk Orang Kaya


Mitos lain terkait pelaksanaan umroh adalah hanya untuk orang kaya. Hal ini merupakan anggapan yang salah. Sebab pada dasarnya ibadah umroh dapat dilakukan oleh orang yang mampu.


Berkenaan dengan mampu, istilah ini bermakna luas. Tidak hanya mampu berkenaan dengan dana, namun bisa juga dengan kemampuan hati. Bahkan kemampuan hati lebih menjamin seorang muslim untuk bisa melaksanakan ibadah umroh.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al Hajj ayat 27 yang artinya,

“Sesungguhnya rumah Allah itu adalah untuk orang-orang yang mampu menunaikannya”.


4. Jauh dari Keutamaan Haji


Mitos selanjutnya yang juga sering terdengar adalah umroh keutamaan umroh yang jauh dari keutamaan haji. Anggapan yang seperti ini tidak benar adanya, disebabkan beberapa hal.


Sebab yang paling dominan adalah kedua ibadah tersebut dilakukan di tempat yang sama. Dan yang menjadi perbedaan hanyalah satu rukun dan waktu pelaksaan. Dimana dalam haji terdapat rukun wukuf di Padang Arafah, yang tidak ditemukan dalam umroh.


Dengan demikian tentu keutamaan kedua ibadah ini tidak jauh berbeda. Terlebih baik seorang muslim yang benar-benar melakukannya karena Allah semata.


5. Menggantikan Haji


Termasuk keyakinan yang sebaliknya juga tidak tepat. Dimana anggapan yang menyatakan umroh akan menggantikan ibadah haji bukanlah hal yang benar.


Dimana kedua ibadah ini terdapat perbedaan. Selain ibadah haji sendiri sebagai pelengkap rukun Islam, pelaksanaannya pun berbeda. Dan dalam ibadah haji seseorang harus lebih bersabar untuk antri daripada pelaksanaan ibadah umroh.


Nah itulah beberapa mitos umroh yang sering terdengar. Jamaah perlu berhati-hati agar pelaksanaan ibadah tidak jatuh dalam kesalahan.


Mengamalkan Umroh Semestinya

Umroh sesuai syariat, Sumber: unsplash.com


Berdasar ulasan di atas, sebaiknya setiap muslim melaksanakan ibadah umroh sebagaimana mestinya. Selain melakukan amalan umroh sebagaimana aturannya, juga perlu menjaga hati dari berbagai keyakinan.


Terlebih sebagai penduduk Indonesia, selain banyak informasi mitos umroh juga ada hal lain yang menyimpang. Mulai dari kesyirikan seperti menganggap semua hal terkait makan Nabi Muhammad mengandung berkah. Atau keyakinan yang semacamnya.


Akan lebih bijaksana jika sebagai muslim melihat sesuatu sesuai keadaannya. Dimana jika tidak ada dalil yang mendasari suatu hal, tidak perlu diyakini. Terlebih keyakinan itu mengantarkan kepada perbuatan.