Bersuci menjadi satu kunci dari keabsahan dalam beribadah. Bagi muslimah, dirinya harus paham beda darah haid dan istihadhah. Sebab dalam agama Islam, keduanya merupakan hal yang berbeda. Dimana perbedaan itu juga membutuhkan penanganan yang berbeda.
Umroh menjadi satu bagian ibadah dalam agama Islam. Dengan mengetahui perbedaan hal tersebut, jamaah tidak akan terganggu saat umroh. Sebab tidak semua darah yang keluar dari farji seorang perempuan itu pasti darah haid.
Lantas bagaimana cara mengetahui perbedaan darah haid dan istihadhah? Dan bagaimana cara penanganannya terutama berkaitan dengan ibadah?
Perbedaan Darah Haid dan Istihadhah
Perbedaan antara darah haid dan istihadhah, Sumber: detik.com
Darah haid dan istihadhah pada dasarnya sama-sama najis dalam pandangan Islam. Dimana untuk beribadah, keduanya sama saja dalam hal dampak. Tetapi meski demikian, kedua darah ini terjadi karena faktor yang berbeda.
Berkaitan dengan haid, fenomena ini sudah umum diketahui oleh manusia. Sebagai sebuah siklus alami yang terjadi kepada para wanita, baik muslim maupun muslimah tahu dengan hal ini. Dimana saat ingin beribadah, muslimah perlu menunggu selesai waktu haid.
Sedangkan istihadhah merupakan kondisi yang berbeda. Dalam buku Shalatul Mu’min, Buku Induk Shalat (HC) oleh Kasimun dijelaskan makna istihadhah.
Al Istihadhah secara bahasa diartikan sebagai darah sebagaimana darah yang lain, namun bukan darah haid. Sedangkan secara istilah, al istihadhah adalah darah yang keluar terus menerus dari farji kaum wanita di luar hari-hari haid.
Sebab terjadi di luar hari haid, hal ini terkadang mengagetkan jamaah saat melakukan amalan umroh. Selain perlu mengetahui waktu biasa mengalami haid, jamaah juga perlu tahu dengan al istihadhah. Sebab hanya dengan penanganan yang tepat, jamaah bisa melanjutkan ibadah setelah bersuci.
Al istihadhah sendiri terjadi karena berbagai faktor. Mulai dari gangguan kesehatan atau kelainan yang lain. Bahkan bisa juga fenomena ini terjadi karena gangguan setan.
Beda darah haid dan istihadhah sendiri tidak hanya terjelaskan dari pengertian istihadhah. Sebab dalam dunia medis, kedua darah ini keluar dari tempat yang berbeda. Darah haid keluar dari rahim paling dalam, sedangkan istihadhah keluar dari mulut rahim.
Selain itu jika dilihat, kedua darah ini pun berbeda. Darah haid memiliki warna yang lebih pekat dan bau, sedangkan darah istihadhah warnanya cenderung cerah.
Beberapa hal itulah yang membedakan kedua jenis darah tersebut. Pada intinya, jika darah keluar di luar waktu haid maka mengindikasikan darah istihadhah. Dengan demikian tidak perlu khawatir. Dalam Islam terdapat penanganan khusus terkait darah ini.
Dampak Pelaksanaan Ibadah
Hubungan dengan pelaksanaan ibadah umroh, Sumber: madanitour.co
Beda darah haid dan istihadhah memberi dampak masing-masing dalam pelaksanaan ibadah. Meski ada keringanan jika terjadi haid saat umroh, namun dalam ibadah lain berbeda.
Ketika haid dampak yang terjadi adalah membuat muslimah harus meninggalkan berbagai ibadah. Baik itu ibadah seperti shalat, puasa dan lain sebagainya. Dimana hal itu mengakibatkan muslimah dikatakan memiliki kekurangan dalam agama.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Tidak pernah aku melihat yang kurang akal dan agamanya, namun mampu menghilangkan keteguhan lelaki yang teguh melebihi kalian wahai para wanita”. Maka para wanita bertanya pada Nabi, “Apa maksud kami kurang akal dan kurang agamanya wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Bukankah persaksian seorang wanita itu semisal dengan persaksian setengah lelaki?” Mereka menjawab, “Iya benar”. Nabi melanjutkan, “Itulah kurangnya akal. Dan bukankah jika haid wanita tidak shalat dan tidak puasa?” (HR Bukhari)
Sedangkan dampak dari istihadhah hanya memberi najis sebagaimana najis yang lain. Dimana ketika najis itu sudah dibersihkan, maka muslimah bisa kembali melanjutkan ibadahnya. Terlebih jika itu adalah ibadah umroh.
Dalam sebuah riwayat dari Hamnah binti Jahsy, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Sesungguhnya itu hanyalah sebagian dari gangguan setan. Oleh karena itu, engkau hanya cukup menghitung haid mu selama 6 atau 7 hari sebagaimana yang telah Allah tetapkan pada ghalibnya. Setelah itu hendaklah engkau mandi, hingga setelah engkau melihat dirimu suci dan bersih, maka kerjakanlah shalat selama masa 23 hari atau 24 hari dan berpuasalah. Yang demikian ini lebih memadai bagimu. Seperti itulah tindakan yang semestinya engkau ambil dalam setiap bulannya. Yakni sebagaimana wanita pada umumnya dalam menjalani haid dan suci sesuai masa haid dan masa suci mereka”. (HR Abu Dawud)
Dari penjelasan hadits tersebut, jelaslah bahwa istihadhah bukan alasan untuk meninggalkan ibadah. Setiap muslimah bisa tetap menjalankan ibadah setelah bersuci. Meski setelah itu darah tetap keluar dari farjinya, maka tindakan yang sama bisa terus dilakukan demi menegakkan ibadah.
Hal ini termasuk dalam pelaksanaan ibadah umroh. Sebab haid saat melaksanakan umroh dan istihadhah terkadang memunculkan keraguan pada jamaah perempuan. Jika jamaah belum mengetahui masalah ini, seringkali ada yang menyimpulkan pelaksanaan ibadah umrohnya batal.
Umroh Tenang dan Khusyuk
Umroh dengan khusyuk, Sumber: detik.com
Setiap jamaah tentu ingin mendapatkan pengalaman umroh yang tenang dan khusyuk. Untuk mewujudkannya, maka setiap jamaah perlu persiapan yang matang. Utamanya adalah persiapan terkait ilmu dan pengetahuan.
Terlebih jika yang diambil adalah pelaksanaan umroh Ramadhan. Dimana waktu itu terdapat beragam keutamaan yang tidak ada pada waktu-waktu yang lain. Tanpa penguasaan ilmu dan pengetahuan, bisa jadi jamaah akan tertinggal dalam setiap momennya.
Persiapan untuk melaksanakan umroh yang tenang dan khusyuk sebaiknya perlu dilakukan jauh-jauh hari. Dengan demikian selain memiliki fisik yang kuat, ilmu yang dipelajari pun juga akan lebih melekat. Terlebih jika jamaah adalah seorang muslimah yang memang keadaannya lebih rumit dari pada seorang muslim.