Kisah Nabi Adam dan Hawa menjadi cerita yang begitu menarik. Sebab sebagai manusia pertama, hidup mereka seakan penuh romantika. Setelah melakukan kesalahan, mereka pun lama berpisah. Dan sejarah Jabal Rahmah, diyakini menyimpan memori tentang pertemuan mereka berdua.


Awalnya Nabi Adam memang diciptakan sendirian. Namun karena kesepian, Allah pun menciptakan Hawa dari tulang rusuknya. Tentu setelah dipisahkan Allah karena kesalahan, Nabi Adam kembali merasakan kesepian. Dimana saat mereka kembali dipertemukan, menjadi momen mengharukan.


Lantas bagaimana sejarah pertemuan mereka di Jabal Rahmah? Dan apa yang akan didapatkan jika jamaah berkunjung ke sana?


Sebab Perpisahan

Kisah Nabi Adam dan Hawa di Jabal Rahmah, Sumber: kompas.com


Sebelum membahas sejarah Jabal Rahmah, sepertinya penting untuk kembali mengulas sebab perpisahan. Selain tidak kalah penting dengan sejarah Hijr Ismail, mengetahui hal ini akan memunculkan semangat untuk berkunjung.


Sejarah mencatat kebahagiaan Nabi Adam selalu terpancar setelah diciptakannya Hawa. Hari-hari Nabi Adam yang sebelumnya dipenuhi rasa sepi, berubah menjadi ceria penuh kehangatan. Allah menjadikan mereka sebagai manusia pertama penghuni surga.


Namun tentu sebagai makhluk, mereka berdua wajib mengikuti aturan penciptanya. Dimana pada dasarnya dalam setiap aturan yang Allah tetapkan, pasti mengandung kebaikan. Sebab Allah adalah pencipta, sehingga tentu paling tahu tentang apa yang diciptakan.


Ketika di surga, Allah telah menetapkan larangan kepada mereka berdua. Dimana larangan ini lah yang menjadi sebab mereka diturunkan ke bumi dalam keadaan terpisah jika berani melanggar.


Dalam Surat Al Baqarah ayat 35, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,


“Dan Kami berfirman, ‘Hai Adam diamlah kamu dan istrimu di surga ini dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai. Dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”.


Para ulama menyebutkan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah pohon khuldi. Jangankan untuk memakan buahnya, untuk mendekati pohonnya saja mereka dilarang. Namun karena terbuai oleh rayuan setan, akhirnya mereka berdua tetap mendekati pohonnya dan memakan buahnya.


Inilah sebab mereka dihukum oleh Allah. Mereka dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke bumi dengan keadaan terpisah. Bahkan sebagian ulama mengatakan, mereka diturunkan ke bumi dalam keadaan telanjang.


Sejarah Jabal Rahmah

Sejarah Jabal Arrahmah, Sumber: kumparan.com


Sebab peristiwa itulah akhirnya sejarah Jabal Rahmah dimulai. Meski Jabal Rahmah tidak memiliki keistimewaan seperti keistimewaan Raudhah, namun kisah di dalamnya penting untuk diketahui.


Jabal Rahmah pada mulanya memang hanyalah pegunungan biasa. Namun dengan adanya kisah pertemuan Nabi Adam dan Hawa, akhirnya statusnya berubah. Hampir setiap hari ada saja orang yang berkunjung ke sana.


Nabi Adam dan Hawa dipisahkan cukup jauh oleh Allah saat diturunkan ke bumi. Dalam beberapa literasi Islam, Nabi Adam diturunkan di India dan Hawa diturunkan di Irak. Sebab waktu itu belum ada media transportasi, mereka harus berjuang keras untuk saling mencari.


Tentu ketika diturunkan di bumi mereka diliputi oleh perasaan campur aduk. Nabi Adam yang Allah ciptakan langsung dengan kuasaNya, tentu merasa sangat bersalah. Di sisi lain dia juga merasakan kerinduan kepada Hawa sebagai istrinya.


Setelah berupaya mencari, Nabi Adam seketika menyadari satu hal. Sebab Allah telah menetapkan akal kepadanya, kesadaran masih menaunginya. Dirinya sadar, jika Allah bisa menurunkan mereka dalam keadaan terpisah, tentu Allah akan mudah mempertemukan mereka.


Dengan demikian maka yang dilakukan Nabi Adam bukanlah terus mencari Hawa. Namun dirinya introspeksi diri dan mulai memohon ampun kepada Allah. Meski dengan waktu yang lama, akhirnya Nabi Adam mendapat ampunan Allah.


Setelah itulah pencariannya kepada Hawa seakan semakin mudah. Dengan ketenangan jiwa dan taufik dari Allah, akhirnya Nabi Adam dan Hawa kembali bertemu. Dan lokasi pertemuan mereka diyakini berada di Jabal Rahmah.


Hal itulah sebenarnya yang tergambar dari nama Jabal Rahmah. Jika diartikan ke bahasa Indonesia, nama tersebut memiliki arti gunung kasih.


Bisa jadi arti tersebut memiliki dua makna, yakni makna tersirat dan tersurat. Makna tersiratnya adalah Allah memberi kasih kepada Nabi Adam dan Hawa dengan kembali mengizinkan mereka berdua bertemu. Sedangkan makna tersuratnya adalah rasa kasih sayang antara Nabi Adam dan Hawa itu sendiri.


Begitulah sejarah Jabal Rahmah yang berkaitan dengan agama Islam. Dengan masih eksisnya tempat itu hingga kini, mengunjunginya akan mendatangkan berbagai keutamaan.


Dapatkan Keutamaan dengan Berkunjung

Berkunjung ke Jabal Rahmah, Sumber; timesmedia.co.id


Jika sudah ada yang mendaftar haji furoda resmi, sebaiknya perlu mengagendakan berkunjung ke Jabal Rahmah. Sebab berkunjung ke sana akan mendatangkan beberapa keutamaan yang di antaranya:


1. Motivasi Pertobatan


Dalam ulasan di atas telah dijelaskan bahwa Allah memudahkan Nabi Adam dan Hawa kembali bertemu setelah bertaubat. Meski dengan waktu yang lama, taubat mereka akhirnya diterima oleh Allah.


Berkunjung ke Jabal Rahmah akan mengingatkan akan hal ini. Bahwa jika seorang hamba tertimpa musibah, maka yang dilakukan pertama adalah taubat. Mengevaluasi diri kemudian meminta ampun dengan serius kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Bagi muslim yang utama adalah koreksi diri terhadap penghambaan, bukan koreksi diri terhadap materi. Sebuah hal yang disayangkan jika terjadi musibah, tidak melibatkan Allah sebagai sumber solusi.


2. Keindahan Alam Makkah


Keutamaan selanjutnya yang akan didapatkan jika naik ke Jabal Rahmah adalah keindahan Alam Makkah. Sebagai tempat yang berada di ketinggian, mata bisa lebih jauh dalam memandang. Dengan demikian keindahan alam Makkah akan lebih mudah terlihat oleh mata.


Nah itulah beberapa keutamaan jika pengunjung datang ke Jabal Rahmah. Namun perlu dipahami, jangan sampai kunjungan ke sana dianggap sebagai rukun haji dan umroh. Sebab hal itu bisa jatuh kepada perbuatan bid’ah.