Dalam pelaksanaan ibadah haji dan umroh, ada tempat-tempat yang selalu menarik antusias jamaah. Terlebih jika terdapat anjuran Rasulullah terkait tempat tersebut. Dari banyaknya tempat yang ada, Rukun Yamani Ka’bah termasuk yang cukup sering mendapat perhatian jamaah.


Pada dasarnya rukun satu ini tidak sepopuler Rukun Hajar Aswad. Namun meski demikian, rukun ini memiliki keistimewaan tersendiri. Dimana jika jamaah bisa mengusapnya, tentu akan menjadi sebuah keberuntungan.


Lantas apa saja keistimewaan dari Rukun Yamani tersebut? Sebelum berangkat ke Tanah Suci, ada baiknya jamaah mengenal tempat satu ini, termasuk keistimewaan yang dimilikinya. 


Apa itu Rukun Yamani Ka’bah?

Mengenal rukun yamani, Sumber: ihram.org.uk


Nama Rukun Yamani bukanlah suatu hal yang asing di telinga umat Islam. Terlebih bagi yang akan menunaikan ibadah umroh, tempat ini sangat sering di dengar. Namun meski demikian, terkadang ada saja sebagian orang yang belum tahu terkait Rukun Yamani.


Rukun Yamani Ka’bah merupakan satu sudut bangunan Ka’bah yang letaknya sejajar dengan Rukun Hajar Aswad. Jika dipertegas, arah Rukun Yamani berada di bagian barat daya. Ciri khas dari rukun satu ini yaitu posisi kiswahnya yang sering tersingkap.


Memiliki nama Rukun Yamani tentu memiliki alasan. Dimana jika ditarik lurus ke arah selatan, rukun ini sejajar dengan negara Yaman. 


Dalam pelaksanaan sunnah thawaf, jamaah pasti akan melewati rukun ini. Dimana dalam setiap putarannya, tentu jamaah dianjurkan untuk melakukan amalan. Terutama bagi jamaah yang melakukan thawaf berdekatan dengannya.


Bangunan Ka’bah sendiri memiliki empat rukun. Namun dari keempat rukun tersebut, hanya Rukun Yamani dan Rukun Hajar Aswad yang diketahui memiliki keutamaan. Imam Nawawi pun membagi sebutan bagi dua bagian rukun ini.


Rukun Yamani dan Rukun Hajar Aswad disebut sebagai Yamaniyaani. Kemudian untuk dua rukun yang lain disebut dengan Syamiyyaani.


Keistimewaan Rukun Yamani Ka’bah

Keistimewaan dari Rukun Yamani Ka'bah, Sumber: thepilgrim.co


Bagi jamaah haji dan umroh, mengetahui keistimewaan rukun ini sangat penting. Dan berikut adalah beberapa keistimewaan Rukun Yamani:


1. Keutamaan setelah Hajar Aswad


Tentang keistimewaan Hajar Aswad sudah menjadi rahasia umum. Sebab selain sejarahnya tidak kalah penting dengan sejarah Hijr Ismail, mencium dan mengusapnya akan mendatangkan berbagai keutamaan.


Namun meski Rukun Hajar Aswad adalah yang paling utama, Rukun Yamani berada di urutan setelahnya. Rukun Hajar Aswad memiliki dua keistimewaan dengan adanya Hajar Aswad dan pondasi Ibrahim. Sedangkan Rukun Yamani memiliki satu keistimewaan dengan adanya pondasi Ibrahim.


Dimana pondasi ini tidak dijumpai di dua rukun yang lainnya. Dengan demikian, tidak mengherankan jika Rukun Yamani istimewa bagi Rasulullah, dan bagi umat Islam.


2. Tempat Dikabulkannya Doa


Keistimewaan selanjutnya yang dimiliki oleh Rukun Yamani adalah menjadikan doa lebih mustajab. Hal ini disebabkan dengan adanya berbagai riwayat yang berhubungan dengan tempat ini.


Dalam suatu riwayat dari Ibnu Abbas, dikatakan pada Rukun Yamani terdapat Malaikat yang selalu mengatakan “amin”. Dengan demikian, doa apapun yang dipanjatkan oleh jamaah lebih cepat sampai kepada Allah.


Maka dalam riwayat tersebut dikatakan oleh Ibnu Abbas, bahwa setiap orang yang thawaf tidak boleh melewatkan satu doa. Dan doa tersebut adalah penggalan Surat Al Baqarah ayat 201. Ayat yang lebih dikenal dengan doa sapu jagat.


“Robbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa 'adzabannar”


3. Syariat Khusus Terhadapnya


Dan satu keistimewaan terakhir adalah adanya syariat khusus yang berlaku terhadapnya. Dimana syariat ini ada karena perbuatan yang dicontohkan oleh Rasulullah.


Dengan demikian selain berdoa, jamaah juga perlu melakukan amalan dari syariat ini. Sebab melakukan amalan ini pada dasarnya melakukan dua amal kebaikan. Amal yang pertama berarti menghidupkan sunnah Nabi. Sedangkan yang kedua adalah menunaikan hak kepada Rukun Yamani.


Itulah beberapa keistimewaan dari Rukun Yamani Ka’bah. Dimana jika ditelaah secara lebih mendetail, ternyata keistimewaan itu terjadi berkaitan erat dengan sejarah Rukun Yamani.


Amalan Rukun Yamani Ka’bah

Amalan di Rukun Yamani, Sumber; hajjumrahplanner.com


Dengan adanya keistimewaan dari rukun ini, jamaah jangan sampai terlewat untuk melakukan amalan terhadapnya. Yaitu mengikuti apa yang telah Rasulullah contohkan.


Adapun amalan terhadap Rukun Yamani terdapat dalam sebuah riwayat. Umar bin Khattab berkata yang artinya,

“Aku tidak pernah meninggalkan meraba kedua sudut ini, yaitu Sudut Yamani dan Sudut Hajar Aswad. Sejak aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengusapnya, baik dalam keadaan sempit (kesulitan) maupun dalam keadaan lapang (longgar)”. (HR Muslim)


Dengan adanya syariat ini, maka jamaah jangan sampai terlewat. Baik itu ibadah umroh maupun menunaikan haji furoda 2025, mengusap Rukun Yamani perlu untuk diupayakan. 


Namun amalan terhadap Rukun Yamani berbeda dengan Rukun Hajar Aswad. Dimana pada Rukun Yamani hanya dianjurkan untuk mengusapnya. Sedangkan untuk Rukun Hajar Aswad, selain mengusap jamaah juga dianjurkan untuk menciumnya.


Catatan saat Beramal


Meski ketika melakukan thawaf jamaah dianjurkan untuk mengusap Rukun Yamani, terdapat catatan dalam hal ini. Namun catatan ini hanya untuk jamaah wanita.


Bagi wanita yang jauh lokasinya dari Rukun Yamani, tidak perlu memaksakan diri. Sebab para wanita perlu untuk menjaga marwah dan kehormatan diri. Berebut untuk bisa menyentuh Rukun Yamani akan mengakibatkan ikhtilat.


Dimana ikhtilat atau percampuran antara lawan jenis perlu dihindari dalam Islam. Ikhtilat seringkali akan mendatangkan kemudharatan.


Hal ini pula yang dahulu juga pernah dilakukan oleh ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Ketika beliau melakukan thawaf, beliau lebih memilih untuk melakukannya pada malam hari. Atau mencari waktu yang relatif sepi agar terhindari dari ikhtilat.


Nah itulah ulasan mengenai Rukun Yamani Ka’bah dan keistimewaannya. Dimana informasi hal ini perlu diketahui oleh setiap jamaah. Sehingga mengusapnya menjadi hal yang diupayakan, meski tetap berhati-hati.