Saat melaksanakan ibadah haji, jamaah akan berkunjung ke beberapa tempat. Dimana tempat-tempat tersebut menjadi bagian dari ritual ibadah. Mina menjadi satu di antaranya. Bukan tanpa alasan, lokasi ini menjadi bagian dari ibadah haji sebab memiliki keutamaan.


Tidak semua tempat di Tanah Suci menjadi bagian dari ibadah haji. Dengan fakta Mina masuk dalam rangkaian ibadah haji, jamaah perlu memandangnya lebih. Dimana saat melakukan amalan haji di sana, sebaiknya jamaah melakukannya dengan baik dan benar.


Lantas apa saja keutamaan Mina sehingga masuk dalam rangkaian ritual haji? Dan bagaimana hukum melakukan amalan haji di tempat ini?


Mengenal Mina Lebih Dekat


Dalam pelaksanaan haji, setidaknya jamaah akan merasakan bermalam sebanyak tiga kali. Yaitu ketika melaksanakan wukuf di Padang Arafah, mabit di Muzdalifah dan mabit di Mina.


Meski mabit di Muzdalifah dan mabit di Mina bukan termasuk rukun haji, namun kedua amalan in sangat penting. Bahkan tidak sedikit yang merasakan esensi ibadah haji saat melakukannya. Dimana dengan bermalam, mereka akan lebih khusyuk dalam muhasabah dan mendekatkan diri pada Allah.


Sebagai tempat yang dijadikan mabit, Mina sendiri merupakan tempat istimewa. Lokasi Mina berada di antara Muzdalifah dan Masjidil Haram. Jika dihitung, jaraknya sekitar 4 km dari Masjidil Haram dan 7 km dari Muzdalifah.


Dalam bahasa Arab, Mina memiliki makna sebagai cita-cita atau harapan. Dimana makna tersebut seakan memiliki korelasi dengan sejarah masa lalu dan pemanfaatan saat ini.


Di masa lalu, area ini merupakan tempat terpencil. Dimana lokasi ini menjadi harapan terakhir bagi jamaah haji untuk menambatkan kuda dan unta. Sebab jika musim haji tiba, Kota Makkah akan dipenuhi dengan kuda atau unta yang dibawa jamaah.


Sedangkan di masa kini, Mina seakan menjadi area jamaah untuk memohon harapan kepada Allah. Dengan membludaknya jamaah, area ini akhirnya menjadi tempat mabit. Saat mabit, selain berdzikir biasanya jamaah juga akan mengisinya dengan berdoa.


Dan dari berbagai informasi, dalam pelaksanaan haji di masa lalu Mina pernah mengalami tragedy. Dimana banyak jamaah haji yang meninggal di area terowongan Mina. Dimana hal itu dapat menjadi sarana evaluasi untuk kehati-hatian jamaah.


Keutamaan Mina

Keutamaan mabit di Mina, Sumber: pinterest.com


Selain mengenal Mina lebih jauh, jamaah juga perlu tahu keutamaan tempat ini. Hal itu untuk menumbuhkan motivasi jamaah untuk mabit di sana. Dan berikut adalah beberapa keutamaannya:


1. Nabi Ibrahim Merealisasikan Ketaatan


Keutamaan Mina pertama tergambar dari rekam jejak sejarah di masa lalu. Selain perlu mengetahui hal yang membatalkan haji, jamaah juga perlu tahu akan hal ini.


Di masa lalu, Mina menjadi tempat dimana Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam merealisasikan ketaatan. Setelah mendapatkan wahyu lewat mimpi untuk menyembelih Nabi Ismail ‘Alaihissalam, Mina terpilih menjadi lokasinya.


Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam membawa Nabi Ismail ‘Alaihissalam ke tempat ini. Meski dalam perjalanannya banyak hambatan, namun akhirnya wahyu itu tetap bisa dilaksanakan oleh beliau.


Dengan adanya sejarah tersebut selayaknya jamaah menjadikannya sebagai sarana muhasabah. Saat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam dulu dengan ikhlas melaksanakan ketaatan di tempat ini, jamaah juga harus taat. Bahkan setelah selesai mabit di Mina ketataan itu meningkat berkali lipat.


2. Simbol Perlawanan pada Setan


Dan dari sejarah pula dapat diketahui simbol perlawanan pada setan terjadi di tempat ini. Dimana Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam melempar setan yang datang mengganggunya dengan batu.


Hal itulah yang saat ini diabadikan dengan amalan melempar jumrah. Meski merupakan simbol, jamaah perlu melakukan lempar jumrah dengan antusias. Sebab dibalik simbol ada makna yang mendalam terkait menjadikan setan sebagai musuh abadi setiap muslim.


3. Tempat Ittiba’ Nabi


Peristiwa yang dilakukan Nabi Ibarahim ‘Alaihissalam terkait lempar jumrah pada akhirnya diteruskan Nabi Muhammad ‘Alaihissalam. Dengan demikian hal ini tentu mencerminkan sesuatu.


Ketika melakukan lempar jumroh setelah selesai mabit, esensinya jamaah sedang ittiba’ Nabi. Bahkan tidak hanya satu Nabi, saat lempar jumrah jamaah sedang mencontoh dua Nabi sekaligus. Yaitu Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.


Dengan amalan ini yang hanya dilakukan di Mina, menunjukkan betapa utamanya tempat ini. Bahkan aktivitas ini akan dilakukan hingga hari kiamat nanti.


Nah itulah beberapa keutamaan Mina dalam ibadah haji. Jika Anda ingin segera merasakan momen melakukan amalan haji di sana, memilih haji furoda resmi lebih baik. Sebab layanan haji ini akan jauh lebih cepat keberangkatannya dari pada haji reguler.


Hukum Mabit di Mina

Hukum pelaksanaan mabit di Mina, Sumber: hajjumrahplanner.com


Walaupun Mina memiliki keutamaan dan dijadikan area mabit, namun masih ada jamaah yang enggan melakukannya. Padahal meski memang benar tidak termasuk rukun haji, namun mabit di Mina tetap penting dilakukan.


Para ulama sendiri pada dasarnya memang berselisih paham terhadap amalan tersebut. Namun secara umum, kesimpulan melaksanakan mabit di Mina dihukumi wajib. Dimana jika tidak melakukannya, jamaah berpotensi akan terkena dam.


Adapun dalil pelaksanaannya pertama adalah dari Surat Al Baqarah ayat 203 yang artinya,

“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tidak ada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa baginya bagi orang yang bertakwa”.


Selain itu juga dalam sebuah hadits yang artinya,

“Ambillah (pelajaran) dariku cara kalian beribadah haji”. (HR Muslim)


Sejarah mencatat, dalam haji Wada’ beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bermalam beberapa hari di Mina lalu kemudian melempar jumrah.


Dengan demikian sebaiknya saat berkesempatan menunaikan ibadah haji, jamaah tetap melakukan amalan ini. Kecuali memang memiliki alasan-alasan syar’i yang bisa mendatangkan rukhshah (keringanan).