Sebagai ibadah, haji dan umroh memiliki aturan baku yang tidak bisa dirubah. Jangankan merubahnya, saat melanggar pun bisa jadi akan membatalkan ibadah itu. Sebelum berangkat ke Tanah Suci, sebaiknya setiap jamaah mengerti aturan tersebut, termasuk larangan dalam ihram.
Ihram menjadi amalan pembuka dari pelaksanaan haji dan umroh. Dengan demikian, setiap jamaah perlu mengetahui detailnya. Tidak hanya soal miqat untuk berihram, namun segala hal terkait amalan ini.
Lantas apa saja larangan yang telah ditetapkan syariat dalam ihram? Untuk mendapat tambahan wawasan, sebaiknya simak ulasan berikut ini.
Ihram Tidak Sekedar Pakaian
Pakaian ihram saat umroh, Sumber: muslimhands.org.uk
Saat melaksanakan perintah ihram, maka tampilan jamaah akan menjadi serba putih. Sebab pada dasarnya pakaian ihram memang identik dengan warna putih. Namun meski sederhana, jangan sampai ada jamaah yang menganggapnya hanya sekedar pakaian haji dan umroh.
Pakaian ihram sejatinya merupakan representasi niat untuk haji atau umroh. Setelah menggunakan pakaian ini, maka jamaah harus meneguhkan niatnya. Sehingga dirinya akan berusaha menjaga diri agar terpelihara dari larangan.
Sebagai amalan umroh dan haji yang pertama kali dilakukan, ihram memiliki makna tersendiri. Dimana semakin baik pemaknaan dari setiap jamaah, akan menjadikan ibadah semakin khusyuk.
Dalam Hasyisyah I’anatut Thalibin, Ibn Abbas memiliki renungan tersendiri terkait makna ihram. Dimana renungan ini dapat dijadikan acuan bagi setiap jamaah. Agar pelaksanaan ibadah semakin khusyuk dan penuh makna.
Pertama, Kebiasaan manusia ketika mendatangi manusia maka akan memakai pakaian yang paling membanggakan. Dengan diharuskan pakaian ihram berwarna putih dan tidak berjahit (bagi laki-laki), seakan Allah ingin memberi tahu bahwa tujuan mendatangi Allah berbeda dengan mendatangi makhluk.
Kedua, supaya hamba bisa sadar diri dengan meninggalkan segala sesuatu saat ihram. Dirinya meninggalkan diri dari harta benda dunia. Sebagaimana bayi yang baru lahir dari rahim ibunya tanpa sehelai pakaian pun.
Dan ketiga, keadaan ihram adalah keadaan yang menyerupai ketika manusia akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan demikian, saat ihram sebenarnya setiap jamaah tidak sekedar menggunakan pakaian serba putih biasa. Namun dibaliknya memiliki makna mendalam. Dimana pemaknaan yang baik akan menjadi sebab pelaksanaan ibadah yang jauh dari larangan.
Larangan dalam Ihram
Larangan dalam ihram, Sumber: seekersguidance.org
Setelah memakai pakaian ihram, ada larangan dalam ihram bagi jamaah. Dan berikut adalah beberapa larangan tersebut:
1. Memakai Parfum
Setelah berihram, setiap jamaah dilarang memakai wewangian atau parfum. Bagi itu dikenakan pada bagian tubuh, pakaian atau bagian lain yang digunakan dalam ihram. Yang boleh dan disunnahkan adalah mengenakan wewangian sebelum niat ihram.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Jangan pula kalian memakai pakaian yang diberi minyak wangi atau wewangian dari daun tumbuhan”. (HR Bukhari)
2. Mencukur Rambut dan Bulu
Selain itu saat telah berihram setiap jamaah juga dilarang untuk mencukur rambut dan bulu. Baik itu dicukur menggunakan alat seperti gunting, maupun dicabut dengan tangan. Boleh melakukan hal ini jika memang benar-benar ada udzur.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 196 yang artinya,
“Jangan mencukur (rambut) kepalamu”.
Hal ini juga termasuk pada memotong kuku. Sebab para ulama telah melakukan qiyas di antara keduanya.
3. Menutup Kepala bagi Laki-laki
Dan hal yang perlu diperhatikan adalah adanya larangan menutup kepala bagi jamaah laki-laki. Saat umroh, jamaah perlu meninggalkan kebiasaan pada ibadah lain seperti sholat. Peci yang bisa digunakan saat sholat menjadi dilarang ketika ihram haji dan umroh.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Janganlah kalian memakai baju, celana, sorban, jubah (pakaian yang menutup kepala”. (HR Bukhari)
4. Menutup Wajah bagi Wanita
Jika jamaah laki-laki dilarang memakai penutup kepala, maka jamaah wanita dilarang memakai penutup wajah. Meski ada sebagian jamaah yang terbiasa memakai cadar, saat ihram sebaiknya ditinggalkan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Perempuan yang berihram tidak boleh memakai penutup wajah/cadar dan sarung tangan”. (HR Bukhari dan Abu Dawud)
5. Memakai Pakaian Berjahit
Bagi jamaah laki-laki juga tidak diperkenankan memakai pakaian berjahit. Hal ini biasanya paling sering diingatkan setelah mengambil pilihan paket umroh. Dimana hal ini disampaikan kepada jamaah dalam proses pembekalan.
Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, seorang laki-laki datang lalu berkata,
“Wahai Rasulullah, pakaian apa yang Anda perintahkan kepada kami ketika ihram?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Janganlah kalian memakai baju, celana, sorban, jubah (pakaian yang menutup kepala). Kecuali seseorang yang tidak memiliki sandal, hendaklah dia memakai khuf (sejenis sepatu kulit) dan tetapi hendaklah dipotongnya hingga berada di bawah mata kaki”. (HR Bukhari)
6. Aktivitas Syahwat
Dan yang juga tidak diperkenankan adalah segala aktivitas yang mengundang syahwat. Hal ini tidak hanya hubungan suami istri, namun juga segala hal terkait. Baik itu hanya bermesra-mesraan suami istri, jika mengandung unsur syahwat tetap menjadi larangan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 197 yang artinya,
“Siapa saja yang menetapkan niatnya untuk melaksanakan haji pada bulan-bulan itu tidak boleh rafats (jimak), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan dalam masa pelaksanaan haji”.
Konsekuensi Melanggar Larangan
Konsekuensi ketika melanggar larangan, Sumber: hajjumrahplanner.com
Ihram merupakan bagian dari rukun ibadah umroh. Dengan demikian, jangan sampai setiap jamaah melanggar larangan yang telah ditentukan oleh syariat.
Pasalnya jika melanggar, ada konsekuensi yang akan jamaah terima. Mulai dari konsekuensi yang cukup berat seperti dam, hingga konsekuensi paling berat yakni ibadahnya tidak sah. Melihat konsekuensi yang ada, sudah selayaknya jamaah tidak melanggar larangan dalam ihram.
Meski larangan itu terkesan sepele seperti berbantah-bantahan. Hal ini seringkali muncul tanpa didahului niat. Keadaan Tanah Suci yang panas memang seringkali memicu emosi yang berakibat pada berbantah-bantahan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan setiap jamaah dari larangan ihram. Baik itu larangan yang ringan maupun larangan yang berat.